Friday, February 8, 2013

Tugas dan deadline

Dalam beberapa kuliah, tugas memiliki komponen yang tidak terlalu besar dibandingkan ujian tengah atau akhir semester. Namun dalam beberapa mata kuliah, porsi nilai tugas lebih besar dari nilai ujian, bahkan ada beberapa yang menggunakan tugas sebagai ujian. Ada beberapa dosen yang tidak menerima tugas yang dikumpulkan karena terlambat. Ada tugas yang tidak dinilai karena formatnya salah. Adalagi yang tidak dinilai karena plagiarisme alias copy paste baik dari teman maupun internet. Pernah ada dosen yang memberikan nilai D pada 20 orang, karena separuh dari tugas writing di kelas dicopy paste dari website. Ketika saya bekerja pada sebuah majalah berbahasa inggris (tidak beredar di Indonesia), ada beberapa wartawan yang terlambat mengumpulkan artikel dan ada yang formatnya salah. Walhasil, artikel sayalah yang dimuat dan saya dibayar cukup tinggi. Mereka hanya bisa gigit jari. Lebih parah lagi yang copy-paste, wartawan itu langsung dipecat. Inilah pentingnya ketepatan waktu.

Di kelas juga demikian. Waktu saya mahasiswa, saya mengikuti satu ujian beserta 36 orang lain. Saya tidak begitu yakin karena hanya bisa mengerjakan 70-80% soal yang diberikan. Padahal untuk menulis skripsi dengan bahasa inggris, saya harus mendapatkan A untuk mata kuliah tersebut. Sang dosen berkata, 'waktu habis'. Saya yang duduk di belakang, dengan lemas langsung menyerahkan lembar ujian. Namun ada sekitar hampir 20 orang yang terus mengerjakan. Sang dosen dengan santai menunggu. Saya keluar, sambil menggerutu dalam hati kalau tau gini, ngapain gw buru-buru keluar. Setelah 10 menit sang dosen keluar. Saya sempat mengintip, ia membedakan dua tumpukan. Yang satu ditulis, terlambat. Ketika sang dosen berjalan, sekitar 3 orang teman saya berlari mengejar dan mengumpulkan lembar ujian. Sang dosen hanya tersenyum pada 3 orang tadi. Dia tidak merengut apalagi marah. Dia hanya memasukan tiga lembar tadi dalam satu tumpukan khusus. Ketika nilai keluar, saya bersyukur mendapatkan nilai A, dan setengah dari teman-teman saya mendapatkan nilai D. Mereka protes, lalu sang dosen menunjukan lembar ujian mereka yang ditandai terlambat. Bagimana dengan 3 orang kawan saya? ketiganya dapat nilai E, alias tidak lulus, karena dianggap tidak berhasil mennyelesaikan ujian.

Saya belajar banyak hal. Dosen tidak seperti guru SMA. Waktu saya SMP/SMA dulu, kalau melakukan kesalahan, saya dipanggil ke kantor, diceramahi, kadang dihukum juga. Dosen berbeda. Dosen menggangap mahasiswa sebagai makhluk yang dewasa, yang biasa kami sebut autonomous learner, pembelajar yang mandiri dan siap menanggung apapun konsekuensi dari perbuatanya.